Model Evaluasi Program Latihan
Salam sobat Dunia Olahraga. Postingan kali ini akan menjelaskan mengenai model evaluasi program latihan. Evaluasi merupakan bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari sistem pembinaan, mencakup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Dalam bentuk yang disederhanakan, manajemen pembinaan mencakup ketiga unsur tersebut.
Tujuan akhir evaluasi adalah untuk membuat keputusan berkenaan dengan tindakan perbaikan yang bermanfaat untuk dua hal :
- Menetapkan tindakan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan.
- Menetapkan kegiatan untuk mempertahankan hasil yang dinilai baik guna meraih kemajuan yang berkelanjutan.
Model evaluasi digunakan untuk menilai kembali program latihan secara umum dan menyeluruh, sementara evaluasi mikro lebih spesifik, misalnya tertuju pada hasil atau proses setiap jenis latihan. Untuk mengevaluasi program latihan ada dua model yang dapat diterapkan yaitu : Model kongruen dan model CIPP (Context, Input, Process, Product).
1. Model Kongruen
Menekankan keselarasan tiga unsur utama : tujuan, proses dan hasil. Pencapaian hasil dikaitkan dengan rumusan tujuan. Kejelasan rumusan tujuan memudahkan kita untuk memahami seberapa banyak penyimpangan yang terjadi. Dalam pelaksanaannya, model kongruen tertuju pada perubahan perilaku atlet. Data yang dikumpulkan diantaranya adalah :a. Sikap atlet terhadap latihan,
b. Penguasaan keterampilan gerak,
c. Kapasitas mental seperti kemampuan mengatasi kecemasan, stabilitas emosi,
d. Kapasitas fisik atau biomotoril yang melandasi kinerja optimal,
e. Penguasaan teknik,
f. Keterampilan taktik berdasarkan kemampuan penalaran memahami masalah.
2. Model CIPP (Context, Input, Process, Product)
Model ini tergolong populer karena bersifat menyeluruh. Evaluasi tertuju bukan hanya terhadap hasil yang dicapai, tetapi juga terhadap proses, faktor input (sumber daya) dan konteks. Keempat unsur yang ada dalam model ini adalah sebagai berikut :a. Konteks, adalah segala situasi yang melatarbelakangi program dan mempengaruhi tujuan serta strategi pembinaan. Di dalamnya mencakup misalnya policy dan misi pembinaan, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, aspirasi masyarakat dan perkembangan keolahragaan pada umumnya. Termasuk pula di dalamnya penilaian terhadap rumusan tujuan, dan pada tingkat mikro dapat dipersoalkan seberapa jauh program memenuhi kebutuhan individu.
b. Masukan (Input), terdiri atas sumber daya yang digunakan untuk mendukung kelangsungan pembinaan. Evaluasi terhadap faktor input ini tertuju pada efisiensi dan efektifitas pendayagunaan sumber-sumber yang relevan. Sumber daya tersebut adalah:
1) Waktu
2) Sumber belajar
3) Alat-alat dan fasilitas berlatih
4) Tenaga dan keahlian ( pelatih, dokter olahraga, wasit, pengurus)
5) Dana
c. Proses, evaluasi terhadap proses tertuju pada kelangsungan pembinaan. Pelatih memiliki peranan penting untuk mewujudkan kebijakan yang telah ditetapkan dan rencana yang telah dirumuskan. Dalam pola pikir proses produk, kedudukan proses sangat menentukan dan produk merupakan konsekuensi dari proses. Evaluasi proses dapat mencakup dua komponen utama :
1) Kelangsungan latihan
2) Pendayagunaan sumber daya untuk mendukung proses.
d. Produk, evaluasi terhadap produk tertuju pada semua dimensi hasil binaan, selaras dengan cakupan latihan yang lazim kita kenal yaitu aspek fisik dan mental, teknik dan taktik. Kesiapan atlet untuk menerima tugas kerja yang tercermin dalam sikap positif terhadap latihan dipandang sebagai faktor penting untuk kelangsungan latihan yang bermutu. Karena itu, evaluasi terhadap faktor sikap, termasuk proses pembentukan sikap itu sendiri menjadi bagian kegiatan pokok dalam latihan.
Sekian postingan kali ini mengenai model evaluasi program pelatihan, semoga bermanfaat. Terima kasih.
Post a Comment