Header Ads

Lari Tanpa Alas Kaki (Sepatu), Baguskah?

Lari Tanpa Alas Kaki (Sepatu), Baguskah?. Salam Sobat pembaca dunia olahraga. Lari tanpa alas kaki mungkin terdengar agak kurang manfaatnya dan bisa memberikan faktor resiko terjadinya cedera. Tapi tahukah bahwa ada manfaat dari lari tanpa alas kaki?.

Meskipun banyak kemajuan dalam kedokteran olahraga dan teknologi sepatu, cedera pada saat berlari tetap saja signifikan, sehingga menyebabkan beberapa orang dari kita menganggap sepatu terbaik belum tentu menghindarkan kita dari cedera dan sebaiknya kita tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Memakai sepatu untuk berlari memang relatif baru, sepatu berlari modern ditemukan pada tahun 1970-an. Banyak pelari maraton pada Olimpiade awal berlari tanpa alas kaki, dan bahkan sekarang banyak pelari Afrika berlatih dan bersaing tanpa memakai sepatu.
Abebe Bikila,  Juara maraton Olimpiade pada tahun 1960,  berlari tanpa alas kaki untuk  kemenangan pertamanya.

Cedera Olahraga dan Sepatu Lari

Sebelum tahun 1970-an, sepatu lari yang ditawarkan pada atlet sedikit dan bahkan tidak ada perlindungan yang benar terhadap resiko terkena cedera. Menurut sebuah studi yang sering dikutip, dilakukan oleh Daniel Lieberman et al. (2010), pelari daya tahan atau jarak jauh yang biasa tidak memakai alas kaki sering mendarat di depan kaki (perkenaan telapak kaki bagian depan) sebelum menjatuhkan tumit, tetapi mereka kadang-kadang mendarat dengan kaki datar (perkenaan telapak kaki bagian tengah), lebih jarang bertumpu pada tumit (perkenaan telapak kaki bagian belakang).

Sebaliknya, pelari yang biasa menggunakan sepatu modern kebanyakan perkenaan pada saat berlari adalah telapak kaki bagian belakang, karena sepatu yang digunakan difasilitasi oleh sol yang agak tinggi dan empuk dibagian tumitnya.

Keuntungan dari lari dengan perkenaan dibagian telapak kaki bagian tengah  atau depan (yang sering dilakukan oleh sebagian besar pelari yang tidak menggunakan alas kaki) bahwa perkenaannya lebih merata di seluruh bagian telapak kaki dan banyak orang telah menyimpulkan bahwa ini akan mengakibatkan berkurangnya cedera stres yang berulang-ulang secara signifikan di pelari. Bukti untuk ini memang belum terbukti dengan jelas oleh penelitian para ahli.

Haruskah Berlari Tanpa Alas Kaki?

Lari Tanpa Alas Kaki (Sepatu)
Jika rentan terhadap cedera kaki yang disebabkan oleh sepatu, atau cedera yang tidak bisa diperbaiki pada bagian kaki, berlari tanpa alas kaki bisa menjadi pilihan untuk dilakukan. Jika memilih untuk mencobanya, mulai dengan perlahan-lahan seperti dimulai dengan hanya berjalan, dan secara bertahap ditambah kecepatan dan jaraknya yang bisa dilakukan pada saat bertelanjang kaki. Setelah jangka waktu tertentu, kemungkinan berjalan dan berlari tanpa alas kaki menjadi mudah dan tanpa adanya rasa sakit, dan kemungkinan terbebas cedera. Harus diingat juga bahwa berjalan kaki tanpa alas kaki harus memperhatikan tempat kita melakukan lari, jangan sampai kita berlari tanpa alas di daerah yang tempatnya dipenuhi oleh kerikil-kerikil tajam yang bisa menyebabkan cedera luar pada bagian telapak kaki kita.

Pelari yang Terkenal tanpa Menggunakan Alas Kaki

  1. Abebe Bikila - Ethiopia. Juara maraton Olimpiade pada tahun 1960, berlari tanpa alas kaki untuk kemenangan pertamanya.
  2. Zola Budd - 5000 meter. Pemegang rekor dunia wanita pada tahun 1985, tanpa alas kaki.

    Sumber :

    Daniel E. Lieberman, Madhusudhan Venkadesan, William A. Werbel, Adam I. Daoud, Susan D’Andrea, Irene S. Davis, Robert Ojiambo Mang’Eni & Yannis Pitsiladis “Foot strike patterns and collision forces in habitually barefoot versus shod runners” Nature 463, 531-535 (28 January 2010).

    Tidak ada komentar

    Diberdayakan oleh Blogger.